Berita  

Mengenang Kembalinya Bashar Assad di Tengah Kericuhan Aleppo

Bashar al-Assad: Perjalanan Menuju Kekuasaan di Suriah

Sebuah kabar mengejutkan datang untuk Bashar al-Assad ketika Parlemen Suriah mengamendemen konstitusi negara, menurunkan batas usia pencalonan presiden menjadi 34 tahun, hanya tiga bulan sebelum ulang tahunnya yang ke-35. Di tengah suasana duka atas kematian ayahnya, Hafez al-Assad, pada tahun 2000 setelah memerintah selama hampir tiga dekade, Bashar mendapati dirinya sebagai ahli waris kekuasaan yang memegang potensi besar.

Dukungan dari Partai Ba’ath, partai yang dominan di Suriah, membawa Bashar al-Assad menuju kursi kepresidenan pada bulan Juli 2000. Dengan memenangkan pemilihan umum dengan persentase suara mencapai 97,29 persen, Assad resmi dilantik sebagai presiden, menjadi penerus dari dinasti Assad yang telah berkuasa selama lebih dari lima puluh tahun.

Namun, kekuasaan Assad tidaklah berjalan mulus. Pemberontakan rakyat Suriah yang didukung oleh Barat, seperti Amerika Serikat dan Inggris, mulai muncul. Pada hari Minggu yang lalu, kelompok Hayat Tahrir al-Sham berhasil mengepung dan merebut istana Presiden Bashar al-Assad di Aleppo. Serangan tersebut juga menelan korban, termasuk seorang jenderal dari Korps Garda Revolusi Islam Iran.

Meskipun Pemerintah Suriah telah menguasai Aleppo sejak tahun 2016, istana tampaknya kosong saat serangan terjadi. Presiden Assad sendiri sedang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran di Damaskus pada saat itu.

Langkah-Langkah Menuju Kekuasaan

Ayah Bashar, Hafez al-Assad, telah memimpin Suriah sejak kudeta tanpa darah yang menggulingkan Salah Jadid pada tahun 1970. Ia mulai meraih pengaruh besar dalam Partai Ba’ath dan militer sejak masa itu. Setelah menjadi presiden dan perdana menteri, Hafez mendirikan rezim otoriter yang kuat, dengan kontrol ketat atas kehidupan politik dan sosial di Suriah.

Hafez juga memberikan posisi kunci kepada anggota komunitas Alawi, sekte cabang dari Syiah yang memiliki pengaruh besar di Suriah. Hal ini dilakukan untuk memastikan loyalitas mereka terhadap rezimnya di tengah ketegangan sektarian.

Bashar al-Assad sendiri lahir pada tahun 1965 di Damaskus. Setelah menempuh pendidikan di Inggris, ia kembali ke Suriah dan bergabung dengan Garda Republik Suriah. Pada tahun 1999, ia sudah berpangkat kolonel dan dipersiapkan oleh ayahnya untuk meneruskan suksesi di Suriah setelah kematian saudaranya, Bassel, dalam sebuah kecelakaan mobil pada tahun 1994.

Reformasi dan Kontroversi

Setelah naik ke tampuk kekuasaan, Bashar al-Assad berjanji akan melakukan reformasi, peningkatan ekonomi, dan memberantas korupsi. Ia memulai Damascus Spring pada tahun 2000-2001, sebuah periode di mana sedikit ruang diberikan bagi kebebasan politik dan sosial di Suriah.

Namun, kendati awalnya memberikan kebebasan politik dan sosial untuk rakyatnya, Assad segera kembali mengontrol media dan pers di Suriah. Oposisi yang mengkritik pemerintah ditindak tegas, dan kontrol negara atas politik dan masyarakat semakin diperketat.

Di bidang kebijakan luar negeri, Assad meneruskan kebijakan ayahnya yang menentang Israel. Ia juga menjalin hubungan erat dengan Iran dan Rusia, mendapatkan dukungan militer, finansial, dan diplomatik dari kedua negara tersebut.

Namun, keputusan Assad dalam menghadapi pemberontakan rakyat Suriah telah menimbulkan kontroversi. Serangan kimia yang dilakukan oleh rezimnya dan penggunaan bom barel untuk menekan kelompok anti-pemerintah telah menuai kritik dari dunia internasional.

Perang Sipil dan Kemenangan Pemilihan

Perang Sipil Suriah yang dimulai pada tahun 2011 sebagai bagian dari Musim Semi Arab telah mengakibatkan krisis kemanusiaan yang sangat serius. Jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan menjadi pengungsi akibat konflik tersebut.

Meskipun banyak negara dan organisasi internasional menganggap pemilihan umum yang diadakan di Suriah sebagai tidak sah dan penuh dengan kecurangan, Bashar al-Assad terus memenangkan pemilihan untuk masa jabatan berikutnya. Pada pemilihan terakhir pada tahun 2021, ia berhasil terpilih kembali dengan dukungan yang tinggi.

Meskipun kontroversi dan kritik yang mengiringi masa pemerintahannya, Bashar al-Assad tetap kukuh di kursi kepresidenan Suriah. Dukungan dari Rusia dan Iran, serta kebijakan luar negeri yang anti-Barat, telah membantunya bertahan dalam menghadapi berbagai tantangan di Suriah.

Artikel ini hanya sebagian kecil dari perjalanan Bashar al-Assad menuju kekuasaan di Suriah. Meskipun banyak kontroversi dan kritik yang dialamatkan padanya, keberhasilan Assad dalam mempertahankan kekuasaan menunjukkan kompleksitas politik dan dinamika di Timur Tengah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *