Surat Al-Hujurat Ayat 13: Mengajarkan Toleransi dan Menghargai Perbedaan
Surat Al-Hujurat ayat 13 dalam Al-Qur’an mengajarkan toleransi dan menghargai perbedaan. Allah melalui surah tersebut menyampaikan bahwa umat manusia harus memelihara kerukunan. Umat manusia diciptakan Allah subhanahu wa’ta’ala dengan banyak perbedaan. Keberagaman tampak dari ras, agama, budaya, suku, bahasa, hingga warna kulit. Ada pun perbedaan yang bersifat fisik di tubuh seseorang dan diterima sejak lahir, datangnya secara alami dari Allah.
Meski banyak perbedaan, Islam mengajarkan kepada umat manusia untuk memegang ajaran moderat. Nilai-nilai toleransi dan menghargai perbedaan dapat diimplementasikan dalam kehidupan. Toleransi dalam Islam dikenal dengan istilah tasamuh. Terkait dengan toleransi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadis riwayat Abdullah bin Abbas sebagai berikut:
“Dari Ibnu Abbas, ia berkata:’’Ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?’, maka beliau bersabda: ‘Al-hanifiyyah as-samhah atau agama yang lurus lagi toleran (maksudnya agama Islam).” (HR. Ahmad).
Toleransi menempati kedudukan yang begitu tinggi dalam Islam. Toleransi juga membawa makna bahwa kualitas ketakwaan seseorang tidak dapat diukur melalui penampilan fisiknya. Hal ini juga senada dengan hadis riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagai berikut:
“Telah menceritakan kepada kami Waki, dari Abu Hilal, dari Bakar, dari Abu Zar [Al-Ghifari] yang mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepadanya: ‘Perhatikanlah, sesungguhnya kebaikanmu bukan karena kamu dari kulit merah dan tidak pula dari kulit hitam, melainkan kamu beroleh keutamaan karena takwa kepada Allah subhanahu wa’ ta’ala,” (HR. Ahmad).
Asbabun Nuzul Surat Al-Hujurat Ayat 13
Asbabun nuzul atau alasan di balik turunnya surat Al-Hujurat ayat 13 tidak lepas dari tradisi jahiliah di masa kehidupan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di masa lalu. Sistem perbudakan masih terjadi dan perlakuan diskriminatif dialami orang-orang berkulit hitam.
Mengutip laman NU Online, Imam Suyuthi dalam kitab al-Durr al-Mantsur fi Tafsir bil-Ma’tsur menerangkan kejadian diskriminatif yang sekaligus menjadi penyebab turunnya surat Al-Hujurat ayat 13. Dua peristiwa telah terjadi, yaitu:
Diskriminasi terhadap Bilal bin Rabah
Saat itu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke Kota Makkah usai ditaklukkan dalam peristiwa Fathu Makkah. Bilal lalu mengumandangkan azan dengan naik ke atas Ka’bah. Saat itu sebagian penduduk di sana belum tahu jika Bilal selama ini menjadi penyeru azan (muazin). Sebagian orang mengatakan dengan sinis, “Budak hitam inikah yang azan di atas Ka‘bah?” Orang lainnya bahkan menghina dengan ucapan, “Apakah Muhammad tidak menemukan selain burung gagak ini untuk berazan?”. Lalu, ada pula yang berkata, “Jika Allah membencinya, tentu akan menggantinya.”
Permintaan pernikahan untuk mantan budak bernama Abu Hind
Abu Hind merupakan mantan budak dan memiliki aktivitas sebagai ahli bekam. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas meminta Bani Bayadhah agar mau menikahkan salah satu anak perempuan mereka dengan Abu Hind. Permintaan itu ditolak. Salah seorang dari Bani Bayadhah berkata, “Ya Rasul, bagaimana kami hendak menikahkan putri kami dengan bekas budak kami?”
Adanya dua peristiwa diskriminatif inilah yang kemudian membuat Allah menurunkan surat Al-Hujurat ayat 13. Ayat ini secara tegas menyebutkan ada perbedaan di antara manusia. Perbedaan ini justru menjadi cara untuk saling mengenal serta bertoleransi satu dengan lainnya, dan tidak sebagai jalan menuju permusuhan.