Berita  

Keberangkatan Cinta di Kapal van der Wijck

Sejarah Novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck

Novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck merupakan karya dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka, yang pertama kali terbit pada tahun 1939. Cerita ini awalnya dimuat sebagai cerita bersambung di majalah Pedoman Masyarakat saat Buya Hamka bekerja sebagai pimpinan redaksi di Medan pada tahun 1938.

Ringkasan Sinopsis Novel

Novel ini mengisahkan tentang kehidupan di Minangkabau, dengan latar belakang masalah adat yang berlaku pada masa itu. Cerita dimulai dengan Pendekar Sutan yang diasingkan karena masalah warisan, dan kemudian merantau ke Makassar. Di sana, ia bertemu dengan Daeng Habibah dan menikah dengannya.

Mereka memiliki seorang putra bernama Zainuddin, namun Daeng Habibah meninggal setelah melahirkan. Zainuddin kemudian diasuh oleh Mak Base. Ketika dewasa, Zainuddin kembali ke Minangkabau dan di sana ia bertemu dengan Hayati, seorang wanita yang menjadi teman curhatnya.

Keduanya saling menyukai, namun hubungan mereka tidak direstui oleh keluarga Hayati. Hayati akhirnya dijodohkan dengan pria lain, Azis. Zainuddin kemudian pergi ke Batavia dan kemudian pindah ke Surabaya. Keadaan membawa mereka bertemu kembali di Surabaya, namun hubungan mereka tidak berjalan mulus.

Review Novel

Dari novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck, kita dapat melihat bagaimana tokoh-tokoh dalam cerita mengalami konflik internal dan eksternal. Zainuddin, Hayati, dan Azis merupakan karakter yang mewakili berbagai sisi dari kehidupan dan perjuangan dalam menghadapi cobaan.

Cerita ini juga menggambarkan perbedaan budaya dan adat yang dapat memengaruhi hubungan antar manusia. Buya Hamka melalui novel ini juga menyampaikan pesan persatuan bangsa dan pentingnya meninggalkan tradisi yang tidak sesuai serta merugikan.

Kesimpulan

Novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck karya Buya Hamka merupakan karya sastra yang sarat dengan pesan moral dan kehidupan. Melalui cerita ini, pembaca dapat merenungkan tentang nilai-nilai kehidupan, cinta, persahabatan, dan perjuangan.

Novel ini tidak hanya sekedar kisah cinta tragis antara Zainuddin dan Hayati, namun juga merupakan cerminan dari kompleksitas kehidupan manusia dan dinamika hubungan antar manusia. Dengan gaya penceritaan yang mendalam, Buya Hamka berhasil menyuguhkan sebuah cerita yang mengharukan dan menginspirasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *