Berita  

Membangkitkan Indonesia sebagai Kekuatan Tengah Global CIFP 2024

Konferensi Kebijakan Luar Negeri Indonesia (CIFP) 2024: Memahami Peran Negara Kekuatan Menengah di Dunia

Konferensi Kebijakan Luar Negeri Indonesia (CIFP) 2024 telah kembali digelar pada tahun ini di The Kasablanka Hall, Jakarta Selatan. Acara yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community (FPCI) ini merupakan ajang diskusi penting mengenai peran negara kekuatan menengah dalam mewujudkan perdamaian dan memperbaiki dunia. Dengan tema besar “Can Middle Powers Calm the Storm and Fix the World?”, CIFP 2024 mengajak para pemangku kebijakan, akademisi, dan masyarakat umum untuk bersama-sama merenungkan peran yang dapat dimainkan oleh negara-negara kekuatan menengah dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.

Menurut Ketua dan Pendiri FPCI, Dino Patti Djalal, tema besar CIFP 2024 dipilih karena relevan dengan kondisi dunia saat ini yang dipenuhi oleh persaingan geopolitik, ketegangan antar negara, dan hubungan internasional yang stagnan. “Negara-negara kekuatan menengah memiliki kebebasan lebih dalam menciptakan dan membentuk tatanan regional maupun global,” ujar Dino.

Dalam sesi diskusi CIFP 2024, Menteri Luar Negeri Australia periode 1988-1996, Gareth Evans, menjelaskan bahwa negara-negara kekuatan menengah cenderung menggunakan strategi diplomasi yang kooperatif dan membangun koalisi untuk mencapai tujuan bersama. “Motivasi diplomasi negara-negara kekuatan menengah adalah keyakinan akan pentingnya pendekatan kooperatif dalam menyelesaikan masalah-masalah global,” tambah Evans.

Evans juga menekankan pentingnya menjaga semangat optimisme dalam menjalankan peran sebagai negara kekuatan menengah. “Kunci dari keberhasilan negara kekuatan menengah adalah kemampuan untuk tetap optimis, meskipun dihadapkan pada tantangan yang suram,” ucapnya.

FPCI sebagai komunitas kebijakan luar negeri yang telah eksis selama satu dekade memiliki misi untuk membumikan politik luar negeri ke lapisan masyarakat yang paling mendasar, terutama generasi muda. Dino menegaskan bahwa keberhasilan FPCI bukan hanya diukur dari seberapa besar organisasi atau program yang telah dibuat, tetapi juga dari kemampuan untuk menginspirasi generasi muda Indonesia terhadap politik luar negeri.

Dengan meningkatkan pemahaman politik luar negeri di kalangan generasi muda, FPCI diharapkan dapat berkontribusi dalam membangun Indonesia menjadi “a pivotal middle power with dynamic alignments.” Melalui kepemimpinan yang berdampak, kenegarawanan, dan kemampuan untuk memobilisasi pihak lain untuk kebaikan bersama, Indonesia diharapkan dapat memperkuat tatanan regional dan memajukan agenda global.

Dalam menghadapi peran sebagai negara kekuatan menengah, Indonesia perlu terus memperkuat diplomasi, membangun jaringan kerja sama internasional, dan mengambil peran aktif dalam memecahkan konflik-konflik regional maupun global. Melalui CIFP 2024, diharapkan para pemangku kebijakan dan masyarakat umum dapat mendapatkan wawasan yang lebih mendalam mengenai peran penting yang dapat dimainkan oleh negara kekuatan menengah dalam meredakan konflik dan memperbaiki dunia.

Sosial budaya

Reporter: Naufal Majid
Penulis: Naufal Majid
Editor: Anggun P Situmorang

Dengan demikian, Konferensi Kebijakan Luar Negeri Indonesia (CIFP) 2024 menjadi momentum penting untuk memahami peran negara kekuatan menengah dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Melalui kolaborasi dan kerja sama antar negara-negara kekuatan menengah, diharapkan dunia dapat menjadi tempat yang lebih aman, damai, dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *