Kaleidoskop 2024: Krisis Ekonomi Indonesia di Tengah Gelombang PHK Massal dan Penurunan Daya Beli

Kaleidoskop 2024: Krisis Ekonomi Indonesia di Tengah Gelombang PHK Massal dan Penurunan Daya Beli

JAKARTA – Perekonomian Indonesia di tahun 2024 menghadapi beragam rintangan dan tantangan. Tantangan tersebut datang dari berbagai sisi yaitu faktor domestik dan kondisi geopolitik di luar negeri yang penuh ketidakpastian.

Selama 1 tahun, pemerintah menghadapi isu-isu domestik seperti inflasi, fluktuasi nilai tukar rupiah, serta tingginya tingkat pengangguran yang menjadi masalah jangka panjang. Di sisi internasional, Indonesia turut dipengaruhi oleh ketidakstabilan ekonomi global yang memiliki pengaruh besar terhadap ekonomi Indonesia.

1. Pertumbuhan ekonomi kuartal I

Pada kuartal I, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2024 mencapai 5,11% (year-on-year/yoy), menjadi yang tertinggi untuk kuartal pertama sejak 2019. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan ini meningkat dari 5,04%. Namun, secara kuartalan (qoq), ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 0,83% dibandingkan kuartal IV-2023.

Pertumbuhan ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang meningkat, terutama karena momentum Lebaran dan Pemilu 2024. Realisasi investasi sebesar IDR401,5 triliun pada kuartal ini juga mencatat kenaikan 22,1% (yoy). Industri pengolahan juga menjadi penyumbang utama pertumbuhan dengan kontribusi sebesar 0,86%, disusul oleh konstruksi (0,73%), pertambangan (0,68%), dan perdagangan (0,60%).

2. Ekonomi kuartal II

Pada Kuartal II, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,05% secara tahunan (yoy). Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp5.536,5 triliun, sementara atas dasar harga konstan sebesar Rp3.231 triliun. Dengan demikian, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I 2024 stabil di angka 5,08%.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, menyampaikan bahwa konsumsi rumah tangga tetap menjadi penopang utama pertumbuhan dengan kontribusi sebesar 54,53% terhadap PDB. Namun, pertumbuhannya tercatat sedikit lebih rendah yaitu sebesar 4,93%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 tetap menunjukkan momentum yang baik. Ia menyebut konsumsi dan investasi sebagai pendorong utama perekonomian.

“Konsumsi masih terjaga dengan baik, dan investasi mulai meningkat,” jelas Sri Mulyani. Selain itu, ekspor barang, terutama manufaktur dan pertambangan, terus memberikan surplus pada neraca perdagangan, dengan tujuan utama ekspor ke India dan Tiongkok. Sri Mulyani mencatat tantangan ekonomi global, seperti fragmentasi dan pelemahan ekonomi dunia dapat memengaruhi stabilitas pertumbuhan pada semester kedua.

READ  Daftar PTN Akademik SNBP 2025: Panduan Pendaftaran dan Informasi Lengkap


Follow Berita Okezone di Google News


Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di
ORION, daftar sekarang dengan
klik disini
dan nantikan kejutan menarik lainnya

3. Pertumbuhan ekonomi kuartal III

Kuartal III, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,95% pada kuartal III-2024(yoy). Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp5.638,9 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan tercatat Rp3.279,6 triliun.

Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan bahwa sektor industri pengolahan menjadi penyumbang utama pertumbuhan dengan kontribusi sebesar 0,96%, diikuti oleh konstruksi sebesar 0,71%, perdagangan sebesar 0,63%, serta informasi dan komunikasi yang menyumbang 0,45%.

Secara keseluruhan, lima sektor utama, yakni industri pengolahan, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan, memberikan kontribusi 64,94% terhadap PDB.

Pertumbuhan di sektor transportasi dan pergudangan juga mencatat kinerja positif, didukung oleh meningkatnya jumlah penumpang di seluruh moda transportasi dan pengiriman barang. Selain itu, sektor akomodasi dan makanan-minuman menunjukkan tren pertumbuhan, yang didorong oleh berbagai acara berskala nasional dan internasional, seperti MotoGP Mandalika dan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-21 di Aceh dan Sumatera Utara.

Secara kuartalan (q-to-q), pertumbuhan ekonomi kuartal III-2024 naik 1,50% dibandingkan kuartal II-2024, sementara untuk periode Januari hingga September 2024 (c-to-c), ekonomi tumbuh rata-rata 5,03%.

4. Target ekonomi tumbuh 8%

Di tengah situasi global yang penuh tantangan, Indonesia tetap menunjukkan ketahanan ekonomi. Meskipun pertumbuhan ekonomi negara berkembang secara umum melambat dibandingkan 2023, pertumbuhan di Indonesia masih cukup stabil.

Presiden Prabowo Subianto menegaskan kepada jajaran Kabinet Merah Putih untuk bekerja keras mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8%. Arahan tersebut disampaikan saat memberikan pembekalan kepada anggota kabinetnya di Akademi Militer (Akmil), Magelang, Jawa Tengah.

Bank Indonesia (BI) memprediksi ekonomi global akan tumbuh 3,2% pada 2024, didukung oleh kinerja kuat Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebutkan bahwa pertumbuhan AS ditopang oleh konsumsi dan stimulus fiskal, sementara Eropa mendapat dorongan dari ekspor dan investasi. Namun, ekonomi China masih lesu akibat lemahnya permintaan domestik. Inflasi AS yang lebih rendah membuka peluang penurunan suku bunga acuan lebih cepat.

5. PHK Massal

Tetapi ada tantangan signifikan yang masih membayangi perekonomian Indonesia. Lesunya daya beli masyarakat dan tingginya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi masalah yang cukup serius. Gelombang PHK, terutama di sektor manufaktur dan teknologi, diperkirakan akan terus berlanjut hingga menyentuh lebih dari 70.000 pekerja pada akhir 2024.

READ  Enam Wanita Cantik yang Pernah Berdekatan dengan Aliando Syarief: Kisah Artis dan Kekasih Selebriti

Kondisi ini juga terlihat dari data Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang berada di level 49,7 pada Juli 2024, menandakan adanya kontraksi di sektor manufaktur. Selain itu, Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat deflasi sebesar 0,18% pada bulan yang sama, mengindikasikan penurunan permintaan barang dan jasa.

6. Penyebab PHK

Penurunan daya beli masyarakat hingga gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal menjadi tanda yang mencerminkan tekanan ekonomi yang nyata.

Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), jumlah tenaga kerja yang terkena PHK sepanjang tahun 2024 mencapai sekian ribu orang, tersebar di berbagai sektor seperti manufaktur, teknologi, dan perdagangan.

Fenomena ini dipengaruhi oleh ketidakstabilan ekonomi global, penurunan permintaan ekspor, hingga peningkatan biaya produksi dalam negeri.

Berdasarkan data yang dibagikan oleh Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) melalui platform Satu Data Ketenagakerjaan, tercatat sebanyak 64.288 tenaga kerja yang mengalami PHK hingga pertengahan November 2024. DKI Jakarta menjadi provinsi dengan jumlah PHK terbanyak, mencapai 22,68% dari total nasional. Dengan jumlah tenaga kerja yang terkena PHK sebanyak 14.501 orang, Jakarta menghadapi tantangan besar, terutama di sektor industri dan jasa lainnya.

Peningkatan angka PHK ini menunjukkan adanya tekanan ekonomi yang memengaruhi sektor industri, perdagangan, dan jasa. Pemerintah diharapkan dapat memberikan perhatian khusus pada peningkatan keterampilan tenaga kerja dan membuka peluang kerja baru untuk mencegah dampak dari PHK yang terus meningkat.

7. Dampak ke daya beli

Korban PHK pun diprediksi tembus 70.000 pegawai pada akhir tahun 2024. Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBI) Elly Rosita, menyebut sejak UU Cipta Kerja disahkan pada tahun 2020, belum ada pembukaan pabrik baru yang bisa menyerap ribuan tenaga kerja.

Kondisi ini tidak hanya berdampak pada rumah tangga yang kehilangan pendapatan, tetapi juga memperlambat aktivitas ekonomi di sektor-sektor penunjang, seperti ritel dan konsumsi yang harus segera diatasi.

Mantan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Roy Mandey menilai ekonomi Indonesia dihadapkan banyak tantangan. Mulai dari daya beli masyarakat yang terus melemah hingga tekanan deflasi berdampak besar pada sektor hilir dan pelaku usaha di Pulau Jawa.

READ  Tips Cepat untuk Memeriksa dan Menangani Penyalahgunaan KTP di Pinjol: Okezone Ekonomi

“Sekarang, pelaku sektor hilir menahan ekspansi karena cashflow-nya babak belur. Kita sudah mengalami deflasi selama lima bulan terakhir yang menyebabkan banyak wilayah di Pulau Jawa mencatat pertumbuhan negatif. Untungnya, situasi ini sedikit terbantu oleh cabang-cabang usaha di luar Jawa,” ungkapnya, Rabu (20/11/2024).

Pulau Jawa menjadi wilayah yang paling terdampak karena konsentrasi ekonomi nasional berpusat di sana.

“Hampir 60% produksi dan manufaktur kita ada di Jawa, begitu juga dengan populasi masyarakat. Ketika terjadi PHK, yang sudah mencapai 60 ribu orang saat ini, dampaknya paling terasa di Pulau Jawa,” kata Roy.

Ia menambahkan bahwa tekanan ekonomi ini membuat kondisi pelaku usaha tidak stabil. Roy juga mengkritik kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dinilai dapat semakin menggerus daya beli masyarakat.

Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menetapkan kenaikan PPN menjadi 12% dan berlaku mulai Januari 2025. Kebijakan ini ditetapkan untuk sejumlah barang terutama barang mewah dan kelas premium.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari

Artikel di atas membahas perkembangan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2024. Berbagai faktor domestik dan geopolitik memengaruhi kondisi ekonomi Indonesia. Berikut adalah beberapa poin penting yang dibahas dalam artikel ini:

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2024 mencapai 5,11%, dengan konsumsi rumah tangga dan investasi sebagai pendorong utama.

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II

Pada kuartal II, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,05%, dengan konsumsi, investasi, dan ekspor barang sebagai faktor utama.

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III

Pada kuartal III, pertumbuhan ekonomi mencapai 4,95%, dengan sektor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *