Arak Bali: Warisan Budaya yang Kaya Makna
Arak Bali, minuman fermentasi yang kaya akan tradisi dan nilai budaya, telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Hindu di Pulau Dewata. Dalam setiap upacara adat, arak Bali digunakan sebagai sarana spiritual dan pelengkap ritual. Namun, di balik kegunaannya yang positif, arak Bali juga memiliki sisi yang kontroversial, terutama terkait dengan masalah moral yang seringkali timbul akibat konsumsi alkohol secara berlebihan.
Perjuangan untuk melestarikan arak Bali sebagai bagian dari warisan budaya takbenda Indonesia semakin terasa setelah Wayan Koster, Gubernur Bali, menerbitkan Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan Distilasi Khas Bali. Dengan adanya regulasi ini, produsen arak Bali tidak perlu lagi merasa takut atau bersembunyi, karena arak Bali diakui sebagai bagian penting dari warisan leluhur yang harus dijaga dan dikembangkan.
Meskipun sempat menghadapi penolakan dari berbagai pihak, Koster tetap konsisten dalam upayanya untuk menjaga eksistensi arak Bali. Dia bahkan aktif mempromosikan arak Bali kepada tamu pemerintah dan delegasi asing sebagai bentuk apresiasi terhadap produk lokal yang bernilai tinggi.
Eksistensi Arak Bali di Mata Masyarakat
Arak Bali telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bali sejak ribuan tahun yang lalu. Dalam setiap upacara adat, arak Bali dipersembahkan sebagai bagian dari ritual keagamaan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, arak Bali mulai dianggap sebagai sesuatu yang kontroversial, terutama setelah terjadi kecelakaan fatal yang mengakibatkan banyak orang meninggal akibat keracunan arak Bali.
Namun, dengan adanya regulasi yang mengatur tata kelola minuman fermentasi dan distilasi khas Bali, jumlah petani arak di Pulau Dewata meningkat pesat. Saat ini, telah ada sekitar 60 merek dagang arak dan berem Bali yang telah mendapat izin dari BPOM. Hal ini menunjukkan bahwa arak Bali tetap memiliki tempat yang penting dalam kehidupan masyarakat Bali.
Ekosistem Ekonomi Arak Bali
Meskipun terdapat berbagai hambatan dan tantangan dalam menjaga eksistensi arak Bali, potensi ekonomi dari industri arak Bali sangat besar. Pada 2019, pemasukan pita cukai dari minuman beralkohol di Bali mencapai Rp15 triliun, dengan 80 persen minuman beralkohol beredar di Bali. Namun, sayangnya, sebagian besar minuman beralkohol yang beredar di Bali adalah produk impor atau lisensi luar negeri.
Dalam upaya untuk memajukan industri arak Bali, para pengusaha arak Bali berharap agar produk ini dapat menjadi salah satu minuman tingkat dunia. Dengan adanya kerjasama antar pengusaha arak Bali, mereka berharap dapat meningkatkan kualitas dan promosi arak Bali secara global.
Mewaspadai Keberadaan Arak Gula
Meskipun arak Bali memiliki nilai budaya dan tradisi yang tinggi, eksistensi arak gula masih menjadi ancaman serius bagi citra arak Bali. Arak gula, yang dibuat dari fermentasi gula dengan tambahan zat kimia berbahaya, tidak hanya merusak citra arak Bali, tetapi juga membahayakan kesehatan masyarakat.
Untuk itu, peran pemerintah dan masyarakat dalam mengedukasi tentang perbedaan antara arak Bali asli dan arak gula sangat penting. Dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan arak Bali sebagai bagian dari warisan budaya, kita dapat mencegah penyebaran arak gula yang merusak dan menjaga keaslian arak Bali.
Dengan upaya bersama dari semua pihak, arak Bali dapat terus menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Bali dan tetap menjadi warisan budaya yang patut dilestarikan. Semoga arak Bali tetap berkembang dan menjadi salah satu produk unggulan yang dapat memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia.